Halaman Saya

 Nama: Saya NIM: 20220530999 Kelas: X Image by  mohamed Hassan  from  Pixabay       Pandemi yang mengajarkan kita artinya 'berjarak', pada akhirnya juga mengajarkan kita akan adanya 'waktu sendiri', yang sayangnya dipahami secara literal atau harafiah. Physical distancing dan isolasi mandiri, memaksa kita untuk membatasi ruang gerak, dan merindukan semua aktivitas 'traveling' tanpa mengkhawatirkan ancaman virus yang melemahkan tubuh.      Kawan saya, seorang pengusaha mandiri yang cukup sukses bergerak di bidang bisnis 'hospitality' mengaku kewalahan dengan adanya pandemi Covid-19 ini. Normalnya, ia kewalahan karena begitu banyaknya 'job' yang harus disanggupi untuk mengawal tamu yang membutuhkan jasa tour & travel -nya, namun belakangan, ia mengaku kewalahan dengan sepinya 'job' yang membuatnya banting setir menjadi 'Youtuber' dadakan berbekal pengalamannya selaman bertahun-tahun mengelola bisnis Tour & Travel. Seorang De

 Nama: Saya NIM: 20220530999 Kelas: X Image by  angiechaoticcrooks0  from  Pixabay       Pandemi ini dirasakan oleh semua orang, terutama orang-orang yang membutuhkan 'uluran tangan', dan dengan kondisi yang cenderung belum terprediksi seperti saat ini, mereka yang terdampak, dipaksa untuk melakukan penyesuaian prioritas hidup. Sebelum pandemi Covid-19 terjadi, bisa jadi aktivitas donasi dilakukan secara rutin dan dengan keadaan finansial yang cukup baik, mendorong orang untuk lebih dermawan.           Menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga penyalur donasi untuk berjibaku mengumpulkan pundi-pundi berharga untuk disalurkan kepada yang berhak. Strategi di masa sebelum pandemi Covid-19 boleh tentu tidak lagi relevan dengan kondisi saat ini. Salah satu lembaga yang sukses bertahan dengan strategi persuasif untuk menjaga 'awareness' masyarakat akan pentingnya donasi, adalah lembaga yang dikenal dengan sebutan ACT (Aksi Cepat Tanggap).     https://www.instagram.com/actforh

Nama: Saya NIM: 20220530999 Kelas: X https://www.instagram.com/stefanschweihofer/     Era 'normal baru' membuat bisnis mengalihkan resources cadangannya untuk bertahan, sementara mereka yang terdampak dari stagnasi bisnis dan dipaksa meninggalkan pekerjaan atau di- lay off oleh perusahaan, harus memutar otak untuk bisa bertahan dengan kondisi terkini, mencoba peluang bisnis mandiri bisa menjadi alternatif yang strategik untuk mempertahankan penghasilan. salah satu, diantara~ #covid19 Pandemi Covid-19, Apa Saja Dampak pada Sektor Ketenagakerjaan Indonesia? Klik untuk baca: https://t.co/BL7ClMYVYP — ami (@liamairy) November 24, 2020     Beberapa orang teman yang terdampak kondisi bisnis yang tidak menentu ini, pada akhirnya memutuskan untuk beralih haluan dengan 'menjadi bos untuk diri sendiri' alias menciptakan peluang bisnisnya sendiri, sebagaimana yang dilakukan oleh kakak-beradik teman kuliah semasa sarjana S1 dulu, merintis bisnis kuliner, makanan olahan homemade. 

Image by  Miroslava Chrienova  from  Pixabay        Corona Virus Disease menjadi fenomena global yang memaksa masyarakat dunia untuk melakukan adaptasi di semua aspek kehidupan. Indonesia yang telah memasuki era 'normal baru' (new normal) (wajar anyar) mendorong masyarakatnya untuk kembali melakukan rutinitas harian dengan menerapkan protokol kesehatan, guna mencegah pembentukan klaster Covid-19 baru.      Indonesia dengan iklim tropis, memiliki karakteristik klimatologi yang berbeda dari negara-negara beriklim dingin, sedang, maupun sub-tropis. Gejala Covid-19 pada pasien yang tinggal di belahan bumi utara dengan karakterisasi iklim non-tropis, berbeda dengan gejala pasien Covid-19 di Indonesia, pasien Covid-19 di negara tropis mengalami perubahan gejala yang signifikan, hal ini mengindikasikan Covid-19 bermutasi secara adaptif.      Pada masa dimana menerapkan jarak fisik dianggap normal, seperti saat ini, tentunya mengurangi aktivitas di luar lingkungan tempat tinggal bisa m